## Bencana Banjir Ekstrem di Denpasar, Bali: Korban Jiwa dan Kerusakan Infrastruktur yang Mengerikan
Pada tanggal 10 September 2025, Kota Denpasar dan beberapa wilayah di Bali dilanda bencana banjir ekstrem yang mengakibatkan kerusakan luas dan hilangnya nyawa manusia. Peristiwa ini tercatat sebagai salah satu bencana banjir terparah dalam satu dekade terakhir di Pulau Dewata, meninggalkan duka mendalam bagi masyarakat Bali dan menyoroti pentingnya mitigasi bencana yang komprehensif. Berdasarkan laporan awal, sembilan orang meninggal dunia, termasuk empat korban yang ditemukan tertimbun reruntuhan bangunan di Pasar Kumbasari, Denpasar. Dua korban lainnya masih dinyatakan hilang, dan hingga saat ini belum ada pembaruan resmi mengenai jumlah korban jiwa secara keseluruhan. Artikel ini akan mengulas secara mendalam penyebab, dampak, dan upaya penanganan banjir ekstrem di Bali tersebut.
**Penyebab Banjir Ekstrem di Denpasar:**
Banjir dahsyat yang menerjang Denpasar bukan tanpa sebab. Sejumlah faktor saling berkaitan dan memperparah situasi hingga menyebabkan bencana ini. Berikut beberapa faktor utamanya:
1. **Fenomena Gelombang Ekuatorial Rossby:** Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengidentifikasi fenomena Gelombang Ekuatorial Rossby sebagai pemicu utama hujan lebat yang melanda Bali. Gelombang atmosferik ini memicu pertumbuhan awan konvektif secara masif, menghasilkan curah hujan ekstrem yang berlangsung selama dua hari berturut-turut. Kondisi ini menciptakan akumulasi air hujan yang jauh melebihi kapasitas daya tampung lingkungan.
2. **Curah Hujan Ekstrem:** Intensitas hujan yang luar biasa tinggi, melebihi 150 mm per hari, menjadi faktor penentu terjadinya bencana ini. Curah hujan yang sangat tinggi tersebut dikategorikan sebagai sangat berbahaya. Kondisi ini diperburuk oleh kelembaban udara yang sangat tinggi hingga lapisan 500 milibar, yang mendukung pembentukan awan hujan dengan puncak yang tinggi dan menghasilkan hujan lebat disertai kilat dan angin kencang.
3. **Infrastruktur Drainase yang Tidak Memadai:** Sistem drainase di Kota Denpasar terbukti tidak mampu mengatasi volume air hujan yang sangat besar. Saluran air yang tersumbat oleh sampah dan sedimentasi mengakibatkan berkurangnya kapasitas tampung air, sehingga genangan air meluas ke permukiman penduduk dan fasilitas umum. Kondisi ini memperparah dampak banjir dan menyebabkan genangan air bertahan lebih lama.
4. **Alih Fungsi Lahan dan Tata Ruang yang Tidak Terkendali:** Alih fungsi lahan yang massif menjadi area permukiman dan komersial tanpa memperhatikan daya tampung resapan air telah mengurangi luas lahan terbuka hijau. Akibatnya, daya serap tanah terhadap air hujan berkurang drastis, meningkatkan risiko dan dampak banjir secara signifikan. Perencanaan tata ruang yang tidak berkelanjutan ini menjadi salah satu faktor utama penyebab bencana ini.
**Dampak Bencana Banjir Ekstrem di Bali:**
Banjir ekstrem di Denpasar dan sekitarnya menimbulkan dampak yang sangat serius dan meluas, meliputi:
1. **Korban Jiwa dan Pengungsian Massal:** Sembilan orang meninggal dunia, empat di antaranya tertimbun reruntuhan di Pasar Kumbasari, menjadi bukti nyata dahsyatnya bencana ini. Dua orang lainnya masih dinyatakan hilang. Lebih dari 800 orang terdampak banjir dan harus mengungsi dari 123 titik banjir yang tersebar di Bali. Jumlah pengungsi ini menunjukkan betapa luasnya wilayah yang terkena dampak.
2. **Kerusakan Infrastruktur dan Fasilitas Umum yang Parah:** Banjir menyebabkan kerusakan infrastruktur yang signifikan, termasuk jalan utama, jembatan, dan berbagai fasilitas umum. Banyak bangunan, baik rumah maupun toko, mengalami kerusakan parah bahkan roboh. Fasilitas publik seperti pasar tradisional dan tempat ibadah juga tidak luput dari dampak buruk banjir ini.
3. **Gangguan Layanan Dasar:** Banjir mengakibatkan terganggunya layanan dasar seperti listrik dan air bersih. Kerusakan tiang listrik dan terendamnya gardu listrik memaksa PLN untuk bekerja keras memperbaiki jaringan listrik. Layanan publik lainnya juga terhambat akibat bencana ini, mengakibatkan kesulitan bagi masyarakat yang terdampak.
**Upaya Penanganan Bencana:**
Pemerintah dan berbagai pihak bahu-membahu melakukan upaya penanganan bencana, diantaranya:
1. **Evakuasi dan Penyelamatan Warga:** Lebih dari 200 personel SAR dikerahkan untuk melakukan evakuasi dan penyelamatan warga yang terdampak banjir. Operasi penyelamatan dilakukan dengan menggunakan perahu karet dan kendaraan amfibi untuk menjangkau lokasi-lokasi yang terisolasi.
2. **Pemulihan Infrastruktur yang Rusak:** Tim teknis pemerintah daerah bekerja siang dan malam untuk memperbaiki infrastruktur yang rusak, memprioritaskan fasilitas vital seperti rumah sakit dan bandara agar segera dapat berfungsi kembali. Perbaikan jalan, jembatan, dan jaringan listrik menjadi fokus utama dalam tahap pemulihan ini.
3. **Peringatan Dini dan Edukasi Masyarakat:** BMKG terus mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap potensi cuaca ekstrem dan mengikuti informasi terkini. Edukasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan saluran drainase dan tidak membuang sampah sembarangan juga terus digencarkan untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
**Kesimpulan:**
Banjir ekstrem di Denpasar pada 10 September 2025 menjadi peringatan keras bagi kita semua tentang urgensi mitigasi bencana dan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Peristiwa ini menekankan perlunya upaya serius dan terintegrasi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan masyarakat, untuk memperbaiki sistem drainase, menata ruang kota secara bijak, dan meninjau kembali kebijakan alih fungsi lahan. Dengan langkah-langkah kolaboratif dan komprehensif, risiko terjadinya bencana serupa di masa depan dapat diminimalkan secara lebih efektif.
**Kata Kunci:** Banjir Denpasar, Banjir Bali, Bencana Alam Bali, Mitigasi Bencana, Gelombang Ekuatorial Rossby, Curah Hujan Ekstrem, Infrastruktur Drainase, Alih Fungsi Lahan, Kerusakan Infrastruktur, Korban Jiwa Banjir Bali.